Penyebab Hipertiroidisme: Dari Penyakit Graves hingga Nodul Tiroid

Jantung yang berdebar kencang, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, hingga perasaan cemas yang terus-menerus bisa jadi bukan sekadar akibat dari stres atau kelelahan. Gejala-gejala ini sering kali merupakan sinyal dari kelenjar tiroid yang terlalu aktif, atau yang dalam dunia medis dikenal sebagai hipertiroidisme. Kondisi ini terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroksin dalam jumlah yang melebihi kebutuhan tubuh, menyebabkan metabolisme “berlari” terlalu kencang.

Memahami berbagai penyebab hipertiroidisme adalah langkah awal yang krusial bagi tenaga kesehatan untuk menegakkan diagnosis yang akurat dan memberikan penanganan yang tepat bagi pasien.

 

Apa Saja Penyebab Hipertiroidisme yang Paling Umum?

Hipertiroidisme bukanlah penyakit tunggal, melainkan sebuah kondisi yang dapat dipicu oleh berbagai faktor. Identifikasi penyebab yang mendasari sangat penting karena akan menentukan arah strategi pengobatan.

1. Penyakit Graves (Graves’ Disease)

Ini adalah penyebab hipertiroidisme yang paling umum, menyumbang sekitar 60-80% dari semua kasus. Penyakit Graves adalah kelainan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh keliru menyerang kelenjar tiroid. Tubuh memproduksi antibodi yang disebut thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI). Antibodi ini meniru fungsi thyroid-stimulating hormone (TSH), yaitu hormon yang secara normal merangsang tiroid. Akibatnya, TSI terus-menerus “memerintahkan” kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroksin secara berlebihan.

2. Nodul Tiroid Toksik

Nodul tiroid adalah benjolan padat atau berisi cairan yang terbentuk di dalam kelenjar tiroid. Sebagian besar nodul bersifat jinak dan tidak mengganggu fungsi tiroid. Namun, beberapa nodul dapat menjadi “otonom” atau “toksik”, artinya mereka memproduksi hormon tiroid sendiri tanpa menghiraukan sinyal dari TSH. Ketika satu nodul menjadi toksik, kondisi ini disebut adenoma toksik. Jika beberapa nodul menjadi aktif, ini dikenal sebagai toxic multinodular goiter.

3. Tiroiditis (Peradangan Kelenjar Tiroid)

Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid. Peradangan ini dapat menyebabkan hormon tiroid yang sudah tersimpan di dalam kelenjar bocor keluar dan masuk ke aliran darah. Kebocoran ini meningkatkan kadar hormon tiroid dalam tubuh dan menyebabkan gejala hipertiroidisme temporer yang bisa berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan. Setelah fase ini, pasien sering kali mengalami fase hipotiroidisme (kekurangan hormon tiroid) sebelum fungsi tiroid kembali normal. Beberapa jenis tiroiditis antara lain tiroiditis subakut, tiroiditis pascapersalinan, dan tiroiditis Hashimoto (yang lebih sering menyebabkan hipotiroidisme).

4. Asupan Yodium Berlebihan

Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk memproduksi hormon. Mengonsumsi terlalu banyak yodium, baik dari makanan, suplemen, atau obat-obatan tertentu (seperti amiodarone yang digunakan untuk aritmia jantung), dapat memicu kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon secara berlebihan, terutama pada individu yang sudah memiliki nodul tiroid sebelumnya.

 

Mengapa Hipertiroidisme Membuat Badan Terasa Lemas?

Salah satu gejala yang mungkin tampak paradoks pada hipertiroidisme adalah kelelahan atau badan terasa lemas (fatigue). Meskipun metabolisme tubuh sedang dalam kecepatan tinggi, kondisi ini justru menguras energi. Aktivitas metabolik yang berlebihan menyebabkan pemecahan protein otot (katabolisme) dan membuat tubuh berada dalam kondisi stres konstan. Jantung yang bekerja lebih keras, ketegangan saraf, dan kesulitan tidur (insomnia) yang sering menyertai hipertiroidisme juga berkontribusi besar terhadap rasa lelah yang dirasakan pasien.

Baca juga: Folikulitis Adalah: Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Diagnosis dan Penanganan dalam Praktik Klinis

Sebagai tenaga kesehatan, penegakan diagnosis hipertiroidisme dimulai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda seperti pembesaran tiroid (gondok), mata yang menonjol (eksoftalmos pada Penyakit Graves), dan tremor. Diagnosis kemudian dikonfirmasi melalui tes darah untuk mengukur kadar TSH, T4 bebas (FT4), dan T3. Kadar TSH yang sangat rendah dengan FT4 dan/atau T3 yang tinggi adalah penanda khas hipertiroidisme. Pemeriksaan lebih lanjut seperti thyroid scan dan uptake dapat membantu menentukan penyebab pastinya.

Penanganan bergantung pada penyebab, usia, dan kondisi klinis pasien, yang dapat mencakup obat antitiroid, terapi yodium radioaktif, hingga pembedahan (tiroidektomi).

Manajemen kondisi kompleks seperti hipertiroidisme memerlukan pencatatan riwayat medis pasien yang detail, terstruktur, dan mudah diakses. Kesalahan dalam melacak dosis obat atau riwayat alergi dapat berakibat fatal. Di sinilah peran teknologi digital menjadi sangat vital untuk meningkatkan kualitas layanan di fasilitas kesehatan.

Tingkatkan efisiensi dan kualitas layanan fasyankes Anda dengan beralih ke Rekam Medis Elektronik (RME) dari Rheina sekarang juga. Dengan fitur lengkap mulai dari manajemen antrian, data historis rekam medis, peresepan obat, hingga manajemen apotek dan kasir, Rheina menyediakan solusi terintegrasi untuk menyederhanakan alur kerja klinis Anda dan memastikan setiap pasien mendapatkan perawatan terbaik berdasarkan data yang akurat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *