Penyakit Eksim: Kenali Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Kulit yang terasa gatal tak tertahankan, kering, pecah-pecah, dan meradang adalah keluhan yang sering membawa pasien ke ruang praktik. Kondisi ini sering kali mengarah pada diagnosis penyakit eksim atau dermatitis atopik, sebuah kondisi kulit kronis yang ditandai dengan peradangan.

Meskipun tidak menular, eksim dapat secara signifikan memengaruhi kualitas hidup pasien karena sifatnya yang kambuhan dan gejalanya yang mengganggu. Memahami kompleksitas di balik kondisi ini adalah langkah fundamental bagi para klinisi untuk memberikan penanganan yang efektif dan edukasi yang tepat kepada pasien, karena manajemen eksim lebih dari sekadar meredakan gatal sementara.

 

Apa Sebenarnya Penyakit Eksim?

Eksim, atau yang dalam terminologi medis lebih sering disebut sebagai dermatitis atopik, adalah kondisi peradangan kulit paling umum yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia.

Menurut data dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), kondisi ini disebabkan oleh kombinasi kompleks antara faktor genetik dan disfungsi sistem imun yang menyebabkan kerusakan pada barier (pelindung) kulit.

Ketika barier kulit terganggu, kulit kehilangan kemampuannya untuk menahan kelembapan sehingga menjadi sangat kering. Selain itu, barier yang lemah ini juga menjadi pintu masuk bagi alergen dan iritan dari lingkungan, yang kemudian memicu respons imun berlebihan dan menyebabkan peradangan, kemerahan, serta rasa gatal yang hebat. Aktivitas “gatal-garuk” yang terjadi selanjutnya akan semakin merusak barier kulit dan memperparah kondisi eksim.

 

Faktor Pemicu dan Penyebab Eksim

Meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, para ahli setuju bahwa eksim muncul dari interaksi berbagai faktor. Bagi tenaga kesehatan, mengidentifikasi pemicu ini adalah kunci untuk menyusun rencana manajemen jangka panjang bagi pasien.

Beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap munculnya penyakit eksim antara lain:

1. Faktor Genetik

Riwayat eksim, asma, atau rinitis alergi dalam keluarga meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi serupa. Mutasi pada gen yang bertanggung jawab untuk memproduksi protein filaggrin, yang penting untuk menjaga kekuatan barier kulit, sering ditemukan pada penderita eksim parah.

2. Disfungsi Sistem Imun

Sistem imun penderita eksim cenderung bereaksi secara berlebihan terhadap iritan atau alergen yang sebenarnya tidak berbahaya. Respons inilah yang mencetuskan proses peradangan pada kulit.

3. Pemicu Lingkungan

Paparan terhadap zat-zat tertentu dapat memicu atau memperburuk gejala eksim. Pemicu umum meliputi:

  • Iritan: Sabun deterjen, sampo, disinfektan.
  • Alergen: Tungau debu, bulu hewan, serbuk sari, atau jamur.
  • Mikroba: Bakteri seperti Staphylococcus aureus atau virus tertentu.
  • Faktor Lain: Perubahan suhu dan kelembapan, keringat, stres, hingga makanan tertentu pada sebagian pasien.

Baca juga: Folikulitis Adalah: Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Diagnosis dan Pendekatan Klinis Terkini

Diagnosis eksim sebagian besar ditegakkan secara klinis berdasarkan riwayat medis pasien, riwayat keluarga, serta pemeriksaan fisik terhadap pola dan tampilan ruam kulit. Tidak ada tes laboratorium tunggal untuk mendiagnosis dermatitis atopik, namun tes alergi (seperti patch test) mungkin diperlukan untuk menyingkirkan dermatitis kontak alergi.

Penanganan eksim modern berfokus pada strategi multi-lapis untuk mengendalikan gejala dan mencegah kekambuhan, yang meliputi:

1. Perawatan Dasar (Fundamental Care)

Penggunaan pelembap (emolien) secara rutin dan liberal adalah fondasi dari semua terapi eksim. Pelembap membantu memperbaiki barier kulit, mengurangi kekeringan, dan mencegah kekambuhan.

2. Terapi Anti-inflamasi

Kortikosteroid topikal menjadi andalan untuk meredakan peradangan dan gatal saat eksim kambuh. Kekuatan kortikosteroid disesuaikan dengan tingkat keparahan dan lokasi lesi. Alternatifnya, inhibitor kalsineurin topikal (seperti tacrolimus) dapat digunakan di area sensitif seperti wajah atau lipatan kulit.

3. Manajemen Gejala Lain

Antihistamin oral dapat membantu mengurangi gatal, terutama yang mengganggu tidur. Terapi balut basah (wet wrap therapy) juga efektif untuk kasus sedang hingga berat.

4. Terapi Lanjutan

Untuk kasus yang tidak merespons terapi topikal, fototerapi (terapi sinar UV) atau obat sistemik seperti kortikosteroid oral, siklosporin, metotreksat, hingga agen biologis modern seperti dupilumab dapat dipertimbangkan.

 

Manajemen penyakit eksim adalah sebuah proses jangka panjang yang membutuhkan kerja sama erat antara dokter dan pasien. Pencatatan riwayat gejala, identifikasi pemicu, dan pemantauan respons terhadap pengobatan menjadi sangat vital untuk mencapai kontrol penyakit yang optimal. Di sinilah peran teknologi digital menjadi krusial untuk mendukung praktik klinis yang lebih terstruktur.

Tingkatkan kualitas layanan dan manajemen pasien di fasilitas Anda dengan sistem yang andal. Mulai gunakan Rekam Medis Elektronik (RME) dari Rheina untuk pencatatan riwayat pasien yang lebih akurat, terintegrasi, dan mudah diakses. Hal ini akan membantu Anda memberikan perawatan terbaik bagi pasien dengan kondisi kronis seperti eksim.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *